Komunikasi Efektif
Terbiasa berkomunikasi sebenarnya belum berarti
memahami komunikasi. Menurut Porter dan Samova, memahami
komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi
berlangsung, mengapa itu terjadi, akibat-akibat apa yang terjadi dan akhirnya
apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimumkan hasil-hasil
kejadian tersebut. Dimana pun kita tinggal dan apapun pekerjaan kita, kita
selalu membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Banyak orang gagal
berkomunikasi karena mereka tidak terampil berkomunikasi. Thomas Harrell,
seorang profesor bidang bisnis di Stanford University, faktor yang paling
sering membuat seseorang itu sukses adalah kesukaan berbicara. Harrell
mengemukakan bahwa nyatanya para pemimpin besar adalah komunikator besar,
seraya mengutip pendapat John Callen bahwa hal terpenting bagi seorang Chief
Executive Officer (CEO) sesudah keahliannya adalah kemampuan
berkomunikasi.
Komunikasi dapat dibedakan menjadi:
Komunikasi konteks-rendah dan Komunikasi konteks-tinggi. Komunikasi
konteks-rendah ditandai oleh pesan
verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas dan berterus terang. Para
penganut konteks-rendah mengatakan apa yang mereka maksudkan (they say what
they mean) dan memaksudkan apa yang mereka katakan (they mean what they say).
Komunikasi konteks-tinggi ditandai oleh
pesan bersifat implisit, tidak langsung dan tidak terus terang. Pesan
yang sebenarnya tersembunyi dalam
perilaku nonverbal pembicara: intonasi suara, gerakan tangan, postur badan,
ekspresi wajah, tatapan mata atau bahkan konteks fisik (dandanan, penataan
ruangan, benda-benda dan sebagainya) Pernyataan verbalnya bisa berbeda atau
bertentangan dengan pesan nonverbalnya. Maka anggota-anggota budaya
konteks-tinggi lebih terampil membaca perilaku nonverbal dan dalam membaca
lingkungan.
Komunikasi memilki dimensi isi dan
dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa
yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara
mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana seharusnya pesan itu
ditafsirkan. Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan
harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13) menyebutkan,
komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan
kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan
pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. Selain itu, syarat utama agar
komunikasi itu efektif adalah kredibilitas. Keterampilan komunikasi antar
perorangan adalah kemampuan untuk terus menerus membangun kredibilitas dan
dapat dipercayanya segala apa yang kita komunikasikan. Untuk membangun
kredibilitas harus ada isi pesan yang jelas, suara/intonasi dalam menyampaikan
pesan dan wahana bagaimana orang itu menyampaikan pesan. Jadi semakin seseorang
tidak konsekuen dengan ketiga hal tersebut, maka akan menentukan kredibilitas
sesorang, semakin tidak konsekuen akan menjadi semakin “tidak dipercaya”.
Menurut Kumar (2000), komunikasi efektif antar pribadi
mempunyai 5 ciri:
·
Keterbukaan
·
Empati
·
Dukungan
·
Rasa positif
·
Kesetaraan
Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5
Inevitable Laws of Efffective Communication) yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau
meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana
kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan,
maupun respon positif dari orang lain.
Hukum1: Respect
Sikap menghargai setiap individu yang menjadi
sasaran pesan yang kita sampaikan.Pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati,
maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan
meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan sebagai sebuah tim. Bahkan menurut Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence
People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam
berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan
tulus.
Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa “Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Charles Schwabb mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus (Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager)
Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa “Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Charles Schwabb mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus (Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager)
Hukum II: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk
menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita
untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk
mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif,
yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand –understand then be
understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness
and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan
memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun
keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau
sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat
menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan
penerima pesan (receiver) menerimanya.
Hukum III: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat
didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar
terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible
berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini
mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel
sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan (mengacu pada
kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat
bantu audio visual yang akan membantu).
Hukum IV: Clarity
Kejelasan dari pesan itu sendiri
sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi
atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari
penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul
sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme
kelompok atau tim kita.
Hukum V: Humble
Dalam membangun komunikasi yang
efektif yang dibutuhkan adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur
yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain,
biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati:
sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengardan menerima kritik,
tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela
memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun
didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat
menjadi seorang komunikator yang handal dan dapat membangun jaringan hubungan
dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang
dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling
menguatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar