Pejamkan
mata bila kuingin bernafas lega
Dalam anganku aku berada
disatu
Persimpangan jalan yang sulit
kupilih
Ku peluk semua indah hidupku
Hikmah
yang ku rasa sangat tulus
Ada
dan tiada cinta bagiku tak mengapa
Namun
ada yang hilang separuh
Diriku
Sepenggal lirik dalam lagu Bimbang "Melly Goeslaw" ini selalu
berjalan di telingaku.
Bimbang??
Apa aku sedang bimbang saat ini? atau galau dalam bahasa tren anak zaman
sekarang.
Kondisi
perasaan memang tidak bisa ditebak, seperti roller coaster, kadang naik
menanjak, kadang turun drastis, kadang berjalan pelan atau berjalan secepat
kilat.. Itulah kehidupan, manusia selalu di tempa untuk menghadapi berbagai
kondisi sulit maupun ujian berupa kenikmatan dunia. Dalam ujian, bersedih itu
manusiawi bahkan mungkin bisa menghabiskan waktu untuk menangis sepanjang
malam. Namun bukan berarti kita boleh berlarut-larut didalamnya dan mengutuk
ujian yang ada. Aku selalu teringat ayat ini, ketika setiap kali ujian datang.
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah
beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta (Qs. Al-Ankabut : 2-3)
Yaaa, ujian merupakan sebuah
keharusan, siapa pun tidak bisa terlepas darinya. Bahkan, itulah warna-warni
kehidupan. Ujian adalah satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Tidak
satu pun diantara kita yang mampu menghalau ketentuan tersebut. Karena itu, Allah
SWT telah memberikan Al-Qur'an sebagai pegangan bagi hambanya. Kita manusia
memang seringkali lupa dan selalu bertanya, “Mengapa" ujian datang. Dan
Itu pun aku rasakan juga. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul seringkali membuat
hati bergulat dengan pikiran. Intinya adalah keyakinan, sepanjang engkau yakin
kepada-Nya maka kesulitan yang ada bisa disikapi dengan tenang. Melalui
Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan banyak hal, tidak hanya ritual ibadah semata
bahkan menjawab keluhan manusia ketika ia mendapat ujian atau musibah.
- Mengapa aku tidak mendapatkan
apa yang diinginkan ???
Dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah (1)
ayat 216 dijelaskan,
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu
padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui”
- Mengapa ujian ini begitu berat
???
Sesungguhnya dalam Al-Qur'an Surah
Al-Baqarah (1) ayat 286 dikatakan,
“Allah tidak membebani seseorang itu
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
- Aku Frustasi, Tidak Sanggup
Lagi !!!
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an
Surah Ali Imran (3) ayat 139,
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yg paling
tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman”
dan Al-Qur'an Surah Yusuf (12) ayat
12,
“….dan janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah
melainkan kaum yg kafir.”
- Bagaimana aku harus
menghadapinya ????
Dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah (1)
ayat 45 dijelaskan,
“Dan mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat; dan sesungguhnya sholat
itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk Tiada daya dan
upaya kecuali atas pertolongan Allah semata”
- Kepada Siapa aku harus berharap
???
Dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah (9)
ayat 29 pun ditegaskan,
“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada
Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal”
Dan
segudang pertanyaan lagi yang keseluruhannya pun dapat dijawab oleh Sang
Pemilik Semesta Alam, Allah SWT. Dan Sesungguhnya hanya Allah SWT lah
sandaran manusia.
kita akan terus menerus diuji
sampai ikhlas | dan itu artinya sampai kita kembali kepada Allah
maka surga mungkin bagi pemilik
kesabaran | tentunya dengan keridhaan Allah baginya
ingat bahwa yang beramal buruk
dan beramal baik semua diuji | mudah-mudahan ini ujian naik kelas bukan ujian
penanda teguran
maka memintalah pada Allah |
karena Allah senang dipinta
(Ustadzh
Felix Y Siauw)
Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian
yang paling sholeh dan seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya, jika
agamanya kuat maka semakin keras ujiannya, dan jika agamanya lemah maka ia
diuji berdasarkan agamanya. Dan ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga
meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi tanpa ada sebuah dosapun" (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam
As-Shahihah no 143)