Bumi, bukan hanya diciptakan
Allah sebagai tempat bernaungnya hidup. Bumi Allah adalah tempat belajar bagi
manusia. Apapun yang Allah ciptakan di bumi, tidak lepas dari Ibrah, baik dalam
berinteraksi dengan sesama makhluk, bertemu orang-orang baru, berjalan,
menghirup udara dengan bebas, berlari atau duduk diam menikmati pemandangan.
Semua menyimpan pelajaran bagi manusia.
Sekecil apapun hal yang ada di
bumi Allah, semua memiliki peranan dalam kehidupan, agar manusia sadar, agar
manusia bersyukur. Bersyukur apapun keadaannya. Bagi sebagian manusia,
bersyukur bisa jadi hanya sebatas kata yang mudah untuk diucap. Adapula yang
menganggapnya sulit, karena terhimpit oleh berbagai kesalahan yang dilakukan.
Namun mensyukuri segala yang Allah berikan haruslah diupayakan, bahkan
seharusnya wajib. Sederhananya, engkau masih bernafas hingga hari ini.
Banyak yang bilang bahwa "Hidup
ini pilihan", maka seharusnya manusia memiliki kendali atas dirinya
sendiri, menentukan bagaimana hidup akan dilalui. Allah Swt menempa hidup seorang
manusia melalui cara-cara yang tidak pernah di duga. Terkadang, bahagia dan
sedih dapat berjalan seiring. Namun dalam proses penempaan terbaik, yang terpenting, jangan kehilangan iman, tetap Istiqomah, menjadi pribadi yang teguh pada keyakinan.
Berbicara istiqomah, manusia cenderung
memandangnya hanya dalam perkara wajib, namun sesungguhnya hal tersebut memanglah suatu keharusan untuk dijalankan. Istiqomah hendaknya terlihat dalam perkara sunnah dan amalan-amalan harian. Sebaik-baiknya makhluk adalah ia yang menjadikan Allah sebagai tujuan hidupnya, apapun yang ingin di lakukan ia berniat karena Allah, untuk Allah dan kepada Allah lah akan kembali. Ketika hati manusia telah terpatri kepada sang Illahi rabbi, maka tiada keresahan, kegundahan, bahkan kesedihan yang dirasa, karena bagi mereka, ujian adalah pintu kedekatan dirinya dengan Allah Swt.
Sebagai manusia, pandai-pandailah sadar diri. Semua kekuasaan, kekuatan dan kekayaan yang kita peroleh di dunia hanyalah fatamorgana. Semua yang Allah hamparkan di bumi hanyalah sebuah titipan semata, tidak ada hak manusia untuk mengakui bahwa itu adalah miliknya. Keadilan Allah dapat mengambil segalanya.
Karena itu anggaplah diri layaknya seorang musafir yang hanya singgah, ketika saatnya tiba maka ia akan kembali, menemui sang Pemberi Hidup. Ingatlah bahwa kehidupan yang abadi hanya ada di "akhirat" bukan di rumahmu, keluargamu, kantormu, aset-aset berhargamu atau kendaraan mewah yang kau naiki. Satu-satunya pencapaian yang akan diukur selama kau hidup hanyalah amal.
Harus diakui bahwa terlepas dari semua keteguhan
manusia untuk selalu berjalan di jalan Allah Swt, hakikatnya manusia memiliki hawa nafsu,
yang cenderung banyak diantara kita menjadi lemah didepannya bahkan menjadi budaknya. Ketika nafsu menggerogoti qalbu, hidup manusia pun dibutakan oleh dunia. Karena itu, jadikanlah doa sebagai senjatamu, berlindunglah kepadaNya dari empat keburukan; ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, nafsu
yang tidak pernah puas/cukup, dan dari doa yang tidak dikabulkan.
Terus terus dan teruslah menjadi manusia yang bermuhasabah, dan jangan berhenti untuk memperbaiki diri. Namun jika saja engkau mengatakan sulit bahkan terlena oleh nafsu maka dengarkan hati nuranimu untuk menghampiriNya dalam setiap sujudmu, agar engkau diingatkan, agar engkau selamat.
