Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari
kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common), istilah
communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang
merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang menyerupai. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan
dianut secara sama (Mulyana,2008:46). Menurut Lexicographer (ahli kamus
bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi, untuk mencapai
kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap
pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan
bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu
melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau
lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise),
terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada
kesempatan untuk melakukan umpan balik. Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana
individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (Richard,2008:5). Menurut
Hovland, Janis dan Kelley, Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan
tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang lain (khlayak). Kemudian menurut Berelson
dan Steiner, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, ahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,
gambar, angka, dan lain-lain. Sedangkan menurut Harold Laswell, Komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”,
“kepada siapa”, “dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”. (who says what in
which channel to whom and with what effect).
Konseptual Komunikasi
Sebagaimana dikemukakan John R Wenburg
, William W Willmot, Kenneth K. Sereno, dan Edward M Bodaken, setidaknya ada
tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi yakni komunikasi sebagai tindakan
satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi
(Mulyana, 2008:67-77)
1.
Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Menurut Michael Burgoon, komunikasi
sebagai proses searah biasa disebut “definisi berorientasi sumber” (source – oriented definition). Definisi
ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja
dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons
orang lain. Komunikasi dianggap sebagai tindakan yang disengaja (intentional
act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti
menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu.
Definisi-definisi komunikasi demikian mengabaikan komunikasi yang tidak
disengaja, seperti pesan yang tidak direncanakan yang tekandung dalam nada
suara, ekspresi wajah atau isyarat spontan yang lain.
2.
Komunikasi sebagai interaksi
Dalam arti sempit interaksi
berarti saling mempengaruhi (matual influence). Pandangan komunikasi
sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab akibat atau aksi
reaksi, yang arahnya bergantian. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit
lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun pandangan
kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan,
karena itu masih tetap berorientasi pada sumber, meskipun kedua peran tersebut
dianggap bergantian. Pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung masih
bersifat mekanis dan statis.
3.
Komunikasi sebagai transaksi
Dalam konteks ini komunikasi adalah
proses personal karena makna atau
pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi dianggap
berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku
verbal ataupun perilaku nonverbal.
Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Menurut Scheidel tujuan dasar
berkomunikasi adalah untuk mengendalikan
lingkungan fisik dan psikologis manusia. Dalam konteks sosial, komunikasi
penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan tegangan, antara
lain melalui komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Dengan
berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri
orang lain. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar-dunia
yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain.
Rudolph F. Verbender mengemukakan
bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk
tujuan kesenangan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua,
fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu pada saat tertentu. Alfred Korzybski menyatakan bahwa
kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka “pengikat waktu” (time-binder). Pengikat waktu (time-binder) merujuk pada kemampuan
manusia untuk mewariskan pengetahuan
dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Mereka tidak perlu memulai
setiap generasi yang baru. Mereka mampu mengambil pengetahuan masa lalu,
mengujinya berdasarkan fakta-fakta mutakhir dan meramalkan masa depan. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan diri dan lingkungan mereka.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar